Bismillah
Misi harta Karun 1.
Find your Strong Why, make your Commitment.
Ketika pembukaan pendaftaran kaba 3, mataku berbinar pengen belajar lagi, pengen mendalami tentang zerowaste dan mencari teman agar konsisten dalam menerapkan hidup minim sampah.
Pertama kali mengenal istilah zerowaste pada saat konferensi ibu profesional pada tahun 2019 di Jogja. Waktu itu masih belum paham tentang zerowaste itu apa. Mungkinkah dalam hidup ini nol sampah? Bagaimana caranya? Tapi setelah terus belajar dan memahami makna gaya hidup zerowaste, saya pun paham dan mulai menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gaya hidup zerowaste itu sebenarnya bagaimana kita mengelola sampah kita mulai dari produksinya, dengan meminimalisir sampah yang berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir), dan pemakaian plastik dan kemasan sekali pakai.
Gaya hidup zerowaste bisa diterapkan dengan metode 6R, yaitu; rethink, reduce, refuce, recycle, reuse dan rot. (Penjelasan mengenai pengelolaan sampah ini bisa di baca di tulisan sebelumnya).
Bagaimanakah pengelolaan sisa konsumsi dirumah selama ini?
Pengelolaan sisa konsumsi selama ini di rumah kami, dengan memisahkan sisa organik dan non organik. Sisa organik langsung di masukkan ke komposter, atau jika banyak sisa kulit buah dan punya stok gula merah kami bikin ecoenzim. Sedangkan sisa non organik dikumpulkan dulu ke tong sampah, dan setelah penuh terkadang di buang ke kontainer sampah yang di sediakan oleh pemko Padang. Namun terkadang kami membakarnya. Sebetulnya hati berontak saat api membakar sampah dan menghasilkan asap yang menyebabkan polusi ðŸ˜ðŸ˜. Kami belum menemukan solusi untuk pengolahan sampah non organik seperti bungkus makanan, bungkus sabun, sampo, dll.
Hal yang sudah kami lakukan untuk meminimalisir sampah plastik, dengan membawa tas belanja, bawa wadah saat beli ikan, daging, ayam, kelapa. Menolak saat di kasih kantong kresek.
Tong sampah dirumah kami biasanya dalam beberapa hari sudah penuh, namun semenjak mencegah pemakaian plastik sekali pakai, baru akan penuh lebih dari sebulan. Sejauh ini ada kemajuan dalam pengelolaan sisa konsumsi. Semoga bisa terus konsisten meminimalisir sampah.
Untuk pengelolaan sampah dilingkunganku, sampah/ sisa konsumsi dijemput oleh petugas dan di pindahkan ke TPA air dingin. Menurut informasi dari dinas lingkungan hidup kota Padang menghasilkan 640 ton sampah setiap harinya. 140 ton tidak diangkut ke TPA air dingin. Diperkirakan dalam 3-5 tahun mendatang TPA air dingin tidak mampu lagi menampung sampah.
Melihat kondisi ini, tidak ada pilihan lain selain kita mengelola sampah kita sendiri, sampahmu tanggung jawabmu. Mari kita bertanggung jawab dengan sampah yang kita hasilkan. Mari rawat bumi, untuk anak cucu kita kelak.
Ceritakan kondisi sampah di sekitarmu.
Tempat tinggal kami berjarak kira-kira 7 menit dari TPA air dingin. Seringkali saat mobil pengangkut sampah menuju lokasi, kami berada di belakang mobil tersebut dan mencium aroma yang tak sedap dari sampah yang di angkut. Terkadang ada juga yang sampai terjatuh dan berceceran di jalan. Sungguh sangat miris melihatnya.
Bau yang dihasilkan dari sampah berasal dari sampah organik dan bercampur dengan sampah non organik.
Perlu penyadaran agar masyarakat memilah sampah dimulai dari rumah masing-masing. Tidak membuang sampah sembarangan, agar lingkungan jadi bersih dan indah di pandang.
Membuang sampah kesungai juga perlu di cegah agar sungai tidak tercemar dan ujung-ujungnya sampah tersebut akan bermuara di laut. Ada satu sisi di pantai Padang, dimana banyak sekali sampah plastik terkumpul disana dan itu sangat mengganggu pemandangan indahnya laut.
Berdasarkan data dan fakta di lapangan, tuliskan strong why kenapa harus lebih baik dalam pengelolaan sisa konsumsi dan tuliskan komitmen dari hati.
Saya tidak mau mewariskan bumi yang rusak untuk anak cucu saya kelak. Sampah plastik yang kita hasilkan tidak akan hancur sampai puluhan tahun dan akan merusak struktur tanah. Sampah plastik yang hanyut di sungai dan laut akan merusak ekosistem sungai dan laut. Ikan2 akankeracunan dan kita akan mengkonsumsi ikan tersebut. Tentunya kita manusia juga yang akan merasakan akibat buruknya.
Untuk itu saya berkomitmen untuk mengelola sisa konsumsi dimulai dari produksinya. Meminimalisir pemakaian plastik dan kemasan sekali pakai, juga pembalut sekali pakai. Mengelola sisa konsumsi dengan metode 6R.